Adsense Camp

rss

Pasang iklan disini

Monday, December 28, 2009

Kumpulan Puisi

ELANG RETAK

Dia elang....
Tanpa tujuan
Terbang mengambang
Dalam dekapan awan
hilang

Dia elang...
Terbang
Tidak di langit biru, sayang
Tapi di langit retak nan gersang

Dia elang...
Terbang
Dilautan terhempas karang
Terkapar sendiri, bukan mati
Terbalut luka dan sepi


Dia elang...
Merindu...
Kasih yang merajam kalbu
Hangatnya surya yang kian beku
Jingganya mega yang setia kalbu

Dia elang...
Letih menanti
Terpanah tersakiti
Terbelenggu sunyi
Nestapa merajai

Dia elang...
Akankah bertahan
Jika sayapnya terpatahkan

Inginku

Aku ingin diriku ibarat air
yang mengalir mencari kerendahan hati
Aku ingin seperti ombak
yang mencari ketinggian iman dan taqwa
Aku ingin diriku bagaikan samudra
yang selalu tenang dalam kekhusukan
Aku ingin menjadi salju
yang mendinginkan panasnya kesombongan
Aku ingin aku adalah batu
yang membisu dalam kesabaran
Aku ingin bagaikan angin
yang selalu ringan akan kejujuran
Aku ingin Ridho-Nya ibarat air terjun
yang menghantamku dengan deras
Aku ingin pulang dalam pelukannya
dalam Rahmat-Nya dalam Hidayah-Nya

by : Anita Karlina XI RSBI 1

Pelangi Harapanku ...

Sore .....menjelang......
Ketika tumpahan tangis mengarak sungai
jatuh dari langit menimpa fatamorgana
suaranya....bagai pesta perang.....!!!!
Ketika kilatan petir menyadarkanku....
bagaikan terbangun dari peti mati
berisikan noda dan dosa...
kucoba nikmati pesta perang........
menghayati bagai alunan musik yang mengalun
bagaikan dalam konser yang agung....
berlahan-lahan kucoba bangkit....
dari dunia hayal menuju dunia nyata
dengan indahnya pelangi.....
yang menemani langkahku....

by : Gha_46
XI Bahasa



Bahagia

Setiap manusia bisa hidup
Entah yang tinggal di istana
Maupun yang tinggal digubuk derita
Tapi, siapakah yang paling bahagia?

Kebahagiaan itu ada dalam dirimu
Maka dari itu, kerahkan semua upayamu
Untuk menggalinya dari dalam dirimu
Dan ....
Berbahagialah sekarang juga
Dan jangan menundanya besok
Karena waktu ini takkan kembali padamu

Dalam hidup ini selalu ada ujian
Ia akan selalu datang silih berganti
Maka, setiap orang harus bisa keluar
dari ujian itu sebagai pemenang
Dan, berbahagialah kamu
Di atas dunia ini

by : Herawati Cahaya Apriani


Selengkapnya...

Pengusaha yang Tidak Mau Kalah


Pak Bendor, seorang pengusaha angkuh dari perusahaan furnitur, akan mengadakan perundingan kerja sama dengan Pak Boncel seorang pengusaha truk angkutan dan Pak Bedul seorang pengusaha bengkel mobil yang perundingannya diadakan di kantor Pak Bendor. Sebelum perundingan dimulai, Pak Boncel dan Pak Bedul menelepon seseorang dengan HPnya.

Pak Boncel : "Halo Pak Noto, saya mohon bantuan Anda, saya akan mendapat langganan tetap untuk angkutan barang dari sebuah perusahaan furnitur, jadi order saya meningkat dan bila ada kekurangan truk angkutan, saya mohon bantuan truk dari perusahaan Anda... (dst)."


Pak Bedul : "Halo Pak Jito, bengkel saya akan dapat order tetap untuk perawatan mobil-mobil dari perusahaan truk angkutan dan perusahaan furnitur, bila kami kekurangan tenaga teknis atau onderdil kendaraan, saya mohon bantuan bengkel Anda... (dst)."

Melihat dua rekannya menelpon seseorang, Pak Bendorpun nggak mau kalah dan langsung nelpon rekan bisnisnya dengan HPnya : "Halo Pak Gator, saya akan menjalin kerja sama dengan pengusaha truk angkutan agar distribusi produk kami dapat diterima tepat waktu ke tangan pembeli yang mana selama ini kami kurang alat angkutan, juga dengan pengusaha bengkel untuk perawatan kendaraan kami. Saya mohon pengiriman bahan baku kayu untuk furnitur kami dapat dikirim tepat waktu dari perusahaan An..."

(lagi seru-serunya nelpon, tiba-tiba muncullah Kunut, office boy kantor Pak Bendor yang heran lihat ulah bosnya) dan langsung memotong : "Maaf Pak, ini..."

(melihat Kunut dirasa sangat mengganggunya, Pak Bendor marah dan langsung membentak) : "Heh!! Kamu ngganggu orang aja, kamu tau nggak saya lagi nelpon penting dengan rekan bisnis, ngapain kamu?!!"

Kunut : "Maaf Pak, saya cuma mau nganterin voucher pulsa pesanan Bapak, kan HP Bapak pulsanya sudah habis?"

Boncel dan Bedul : "???!!"
Sumber: Ketawa.com


Selengkapnya...

Untuk Sekali


“Jangan! Aku mohon jangan!” jeritku perih. Laki-laki berbadan besar dengan janggut tak terurus itu menatapku garang. “Berhentilah berteriak, bocah! Kau kira kau siapa bisa melarangku? Kau mau kupenggal juga, hah!” bentaknya kasar dan makin mengobarkan api ketakutan dalam dadaku. Aku memohon pelan, “tolong jangan sakiti dia”,pintaku.
Lali-laki ceking disebelahnya tertawa parau. “Jangan banyak bicara kau! Mengurusnya saja kau tak bisa! Lagipula ini demi kebaikanmu juga, bodoh! Jika wanita yang terkena kutukan hitam ini pergi jauh maka nayawamu tidak akan terancam!”
Si badan besar mendorongku keras. Kepalaku terbentur meja karatan di belakangku dan dapat kurasakan aliran darah menuruni kepalaku. Kedua laki-laki itu menyeret wanita itu dariku. Wanita itu meronta tak berdaya. Matanya menatap nanar. Tapi ia sama sepertiku, lemah.


Dalam diam aku menangis. Tubuhku berguncang hebat. Oh, ibu andaikan saja anakmu ini terlahir sebagai orang yang kuat dan tak terkalahkan tentu nasibmu tak akan menjadi seperti ini. Salahkulah kau menderita. Salahkulah kau dihina. Pantaslah jika kau melupakanku sekarang. Maafkan aku yang terlahir sebagai anakmu.
***
Aku takkan pernah lupa awalnya bagaimana. Aku selalu ingat hari itu. Hari dimana semuanya berawal. Ibuku pulang dengan tampang letihnya yang biasa. Aku tersenyum dan memeluknya seperti yang biasa kulakukan. Tapi tak seperti yang biasa ia lakukan ia menolakku. “Siapa kau?” tanyanya heran.
Hatiku seperti dihantam batu besar. Aku tahu ia bercanda, ia tak mungkin benar-benar lupa anaknya. “Ibu, ini aku anakmu. Ibu tak mungkin lupa dengan anak yang pernah ibu lahirkan, kan?” aku memeluknya dan ia tak menolakku lagi.
Sejak saat itu ia tidak pernah normal. Ia seperti tidak pernah mengenalku. Ibuku sudah tua, aku tahu. Gejala pikunnya sudah mulai terlihat, semakin hari terlihat makin parah. Ia tidak mudah mengingat informasi yang ia dapatkan. Ia pernah sampai lupa mengunci rumah sehingga habislah barang kami dilahap maling. Tapi, meskipun penyakit pikunnya semakin menjadi-jadi benarkah ia sampai melupakanku? Apakah aku terlalu hina untuk diingatnya?
Waktu berlalu. Segala macam cara kutempuh untuk mengingatkannya padaku. Kuajak dia ke ladang tempat kami biasanya bekerja. Kuajak dia ke tempat dimana kami biasanya menghabiskan waktu bersama. Tapi segalanya tidak berubah. Ia selalu menatapku dalam diam, sedikit waspada. Aku tahu ia sedang berpikir keras untuk mengingatku dan itu membuatku sedikit bahagia.
Setelah ibuku menjadi seperti itu, kami seperti bertukar peran. Kali ini akulah yang mengurusnya, tidak seperti dulu ketika ia sangat telaten mengurusku. Ibuku seperti lupa bagaimana caranya memasak, bagaimana caranya mandi ataupun hal-hal yang tak pernah sulit baginya dulu. Aku rindu ibuku yang dulu. Aku seperti tidak mengenalnya.
Dalam keadaannya yang seperti itu ia tetap pergi bekerja. Ibuku bekerja sebgai pembuat makanan. Ia bekerja pada tetangga kami. Aku tidak pernah menyukai wanita itu. Ia selalu bertindak semena-mena terhadap bawahannya. Tapi, ia tidak berani macam-macam dengan ibuku atau ia akan kehilangan asetnya yang paling berharga.
Pada suatu hari yang kelabu wanita itu mendatangiku. Wajahnya penuh amarah. Begitu ia menemuiku, ia dengan kasar menamparku. Aku tentu saja tidak terima. “Kau kira kau siapa bisa seenaknya saja menamparku!” aku membentaknya kasar. Matanya penuh oleh amarah. “Kau tahu apa yang dilakukan ibumu? Ia sudah membuatku rugi besar! Gara-gara kerjanya yang tidak becus pelangganku sampai keracunan. Kau tahu itu artinya apa? Uang ganti rugi yang jumlahnya sangat besar!” ia menggeram.
Aku tertegun oleh kata-katanya. Aku harusnya sudah tahu hal itu. Ibuku takkan bisa bekerja dengan kondisinya yang seperti itu. Bodoh sekali diriku!
“Dimana ia sekarang?” tanyaku khawatir. Nada suaraku penuh dengan rasa takut. “Haruskah aku tahu? Seharusnya kau sebagai anaknya yang lebih tahu. Atau kau sebenarnya sudah tidak mau mengurus ibumu yang tua itu?” ejek wanita itu kasar. Aku menggenggam tanganku agar amarahku tidak meluap. Aku bergerak pergi untuk mencari ibuku. Wanita itu menarik tanganku. “Bagaimana kau akan ganti rugi?” tanyanya. “ Seperti kau cukup laku untuk dijual,” senyum liciknya mengembang. Kuarahkan genggamanku kepadanya dan membiarkannya kesakitan dengan sumpah serapahnya padaku.
Seluruh desa telah kutelusuri untuk mencari ibuku ketika kutemukan ia berjalan linglung tanpa arah. Kupanggil ia. Ia tak menyahut, tentu saja. Aku berlari menghampirinya. Ia menatapku dengan pandangan anehnya yang sama. Aku tak peduli. Aku hanya ingin membawanya pulang.
Aku ingin ibuku sembuh. Desaku hanya kampung kecil yang terisolir dari dunia luar. Satu-satunya pertolongan yang bisa kudapatkan hanya melalui dukun. Aku pernah membawanya kesana. Tapi bukannya malah membantu, dukun itu mulai berpendapat liar, ia mengatakannya bahwa ibuku terkena akibat dari ilmu hitam yang pernah dijalaninya dulu. Omong kosong, aku tahu ibuku tak pernah menjalani ilmu hitam, meskipun ia memang anak dari seorang dukun yang dihukum mati karena dikira menyebabkan malapetaka bagi seluruh kampung.
Tapi semakin hari, perkataan dukun itu seperti mensugestinya. Ibuku kian bertingkah aneh. Ia kadang-kadang menjerit dan menangis secara tiba-tiba lalu semenit kemudian ia bersikap tenang dengan sendirinya bahkan sampai tertidur pulas. Tidurnya bahkan sampai melebihi waktu normalnya. Ia bisa tiba-tiba marah padaku tanpa sebab bahkan sampai menamparku. Aku selalu menangis saat ia melakukannya. Ibu, tolong ingat aku sekali saja.
Ibuku juga menjadi sangat paranoid. Ia kadang-kadang tampak sangat takut dan melempar barang-barang ke arah angin di depannya. Ia kemudian berteriak-teriak dan menggeram. Meskipun aku tak tahu apa yang dialaminya, aku tahu ia sedang berhalusinansi. Ia memeluk tubuhnya erat dan menggeleng keras. Ia takkan membiarkan sesuatu yang dilihatnya merenggut kepunyaannya.
Makin hari halusinasinya makin parah. Hatiku kian hancur melihatnya. Ia tampak sangat depresi. Matanya liar kesegala arah, tubuhnya yang lemah bergetar. Ia menangis hampir tiap malam. Ketika pagi menjelang aku harus menjaganya ketat agar ia tidak keluar kemana-mana. Ia menjadi sangat bergantung padaku. Kadang-kadang hal itu membuatku sangat kewalahan. Aku tidak saja hanya mengurus diriku sendiri tetapi juga ibuku. Ibu benar-benar parah. Ia sampai tidak bisa membedakan baju dengan sarung. Ia seperti lupa caranya makan. Ia seperti lupa dirinya siapa.
Hal yang kutakutkan terjadi juga. Orang-orang desa mulai membicarakan ibuku. Mereka berbisik-bisik takut dan waspada. Entah siapa yang menyebarkan bahwa ibuku terkena kutukan ilmu hitam turunan ayahnya. Wanita penjual makanan yang dendam kepadaku itu semakin memperparah keadaan. Ia mengompori warga untuk mengusir ibuku. Alasan palsunya adalah agar ibuku tidak menyebabkan malapetaka seperti ayahnya. Aku menggeram. Kampungku memang erat dengan bau animisme. Tapi takkan kubiarkan mereka melakukannya!
Tapi daya apa yang dapat aku lakukan? Aku hanya wanita lemah yang tak berguna. Kubiarkan ibuku dibawa pergi oleh dua orang laki-laki itu. Yang bisa kulakukan hanya menangis dan kutahu hal itu hanya akan memperburuk batinku.
***
Waktu pergi tanpa diminta. Ia takkan peduli rintih yang dilaluinya. Ia takkan pernah menoleh ke belakang.
Setiap pagi aku menyempatkan diri melewati gubuk itu. Mataku mengintip sedikit. Kulihat ibuku terkulai lemah. Tangan dan kakinya dipasung. Hatiku hancur melihatnya. Tapi ketika melihat wajahnya mau tak mau secercah hatiku berbunga melihatnya.
Orang-orang kampung tidak berani melewati gubuk itu. Mereka tidak mau tertular kutukan yang menimpa ibuku. Sebagian orang memberikan simpatinya untukku meski aku tidak membutuhkannya. Sebagian memandang jijik ke arahku, menggumamkan sumpah serapahnya. Aku tidak peduli dan tidak akan pernah peduli. Mereka adalah bagian tidak penting dari duniaku. Ibuku adalah satu-satunya yang kupikirkan sekarang.
Tidak biasanya gubuk itu sepi. Aku bukannya tidak pernah mencoba masuk kesana. Dua kali aku kesana dua kali penjaganya yang bertubuh besar itu mendepakku keluar. Mereka mengancam membunuh ibuku jika aku datang sekali lagi. Tapi situasi kali ini begitu menggoda. Penjaga-penjaga itu tidak tampak batang hidungnya.
Aku mencoba masuk. Kubuka pintu gubuk dan kulihat ibuku disana. Ia memandangiku, tampak tak peduli. Aku mendekat dan membelai wajah keriputnya. Ia tidak meronta seperti biasa dan herannya hal itu membuatku sedih. Setidaknya dengan meronta menunjukkan tanda-tanda kehidupan dalam dirinya. Dia tampak seperti setengah mati.
Apapun yang dialami ibuku itu bukan salahnya. Segala hal yang menimpanya murni kehendak alam. Andai saja anaknya merupakan orang berpendidikan tentu nasibnya takkan begini. Penyakitnya akan diketahui tanpa embel-embel mistis. Tapi sayangnya membaca saja aku tidak bisa.
Aku meninggalkan gubuk itu. Hatiku tak tahan melihatnya mederita. Jiwaku memberontak tapi apa yang dapat aku lakukan? Tenagaku sudah habis untuk melawan. Tubuhku terlalu lemah untuk digunakan. Bahkan air mataku hampir kering sekarang.
“Niiinggg!!!” panggil seseorang di belakangku. Aku menoleh. Reni. Ia berlari menghampiriku, napasnya memburu. Ia terengah-engah, “ibumu, Ning!” katanya cepat. Aku tersentak, “ada apa?” tanyaku khawatir. Reni menenangkan dirinya. Ia mengatur napas. “Ibumu akan dihukum mati! Ia membunuh dua penjaganya!”
Aku lemas. Tubuhku mati rasa. Benarkah? Batinku menolak. Ibuku takkan mungkin tega melakukannya. Reni membantuku bangkit. “Kau harus menolongnya, Ning. Hukuman mati dilakukan nanti malam!” katanya ingin mengobarkan api dalam dadaku.
Aku tahu ini tidak benar. Hal ini dusta. Seolah-olah duniaku tak cukup buruk saja! Ibu, apa yang bisa kulakukan untukmu? Andai saja kau mengingatku dan mengatakan hal apa yang dapat kulakukan tentunya hal ini tak menjadi begitu berat. Andai saja . . .
Aku berlari. Langkahku kosong, tapi aku tahu tujuanku. Setidaknya bila ia harus mati aku bisa melihatnya untuk terakhir kalinya. Aku memaki diriku sendiri. Aku semakin membenci diriku. Segala hal yang ada paadku tampak tak berguna. Aku tak lebih berharga dari sampah.
Aku melihatnya. Aku melihat penjaga bertubuh besar lain menggotong tubuh ibuku. Mereka memasukkan raga ibuku ke dalam sebuah karung besar. Ia tidak meronta. Ia terdiam seperti kehabisan tenaga. Begitu juga aku. Lidahku terasa kelu untuk berteriak. Namun otakku tidak berhenti begitu saja samapi menemukan suatu cara.
***
Dan disinilah aku. Kegelapan yang sangat menyelimutiku. Badanku gemetar namun hatiku tidak. Hatiku kian menguat tiap detiknya. Mengingat ia kini berada di tempat yang lebih baik. Mengingat ia akan membaik.
Aku tak pernah takut kematian. Kematian hanya jeda dua alam. Aku tak peduli dengan tubuhku yang rapuh. Yang kupikirkan hanya dia. Satu-satunya harta yang kupunya. Kubiarkan ia pergi dari sampingku, mencari kehidupan yang lebih baik.
Suara orang-orang diluar bertambah ramai. Suara-suara yang kudengar tampak sangat antusias. Mereka seperti akan menyaksikan peristiwa bersejarah sepanjang hidup mereka. Kudengar suara tegas berteriak. Suara yang merupakan kepunyaan pemimpin desa. Kau tidak memperhatikan ucapanku. Tubuhku yang terkurung kian lemah. Nafasku tak selancar biasanya.
Harapan bagiku takkan pernah padam. Jika harapan sampai padam, bagi orang sepertiku itu sama saja dengan kematian. Aku tahu ia lupa padaku. Aku tahu ia sulit mengingatku. Namun kumohon ibu, jika kau bisa sembuh nanti, ingatlah kepadaku dimanapun tempatku nanti, kumohon sebutlah namaku sekali saja. Meskipun diriku terlalu hina untuk dikenang. Meskipun aku tak pantas menerima apa-apa. Kumohon, ingat aku sekali saja.
***


Selengkapnya...

Friday, December 25, 2009

Khasemy Rafsanjany-Profil

Pemilihan ketua OSIS periode 2009-2010 merupakan pesta demokrasi terbesar di sekolah kita selama kurun waktu setahun ini. Bagaimana tidak, persiapannya telah di mulai jauh sebelum kenaikan kelas di umumkan. Pelaksanaannyapun melibatkan seluruh warga smansatya, tidak hanya siswa dan guru, tetapi juga pegawai Tata Usaha, pegawai perpustakaan, pegawai koperasi, tukang kebun, satpam, penjaga sekolah dan penjual kantin juga ikut ambil bagian dari pestya sehari itu. Tidak heran agen of change sekolah kita terdata lebih dari 800 orang ini menetapkan pilihan mereka setelah ber dag dig dug menunggu hasil perolehan suara, dan tepat pada hari Sabtu tanggal 15 Agustus 2009 Khasemy rafsanjany disebut–sebut sebagai ketua OSIS kita yang baru setelah mengambil alih jabatan Sofyan Sauri dari kelas XII.RSBI II. Dengan digandeng wakilnya Teguh Adi Gunawan, Khasemy mantap memulai tugas yang di embannya itu beriring dengan sejuta harap agar SMA Negeri 1 Praya dapat lebih baik dari sebelumnya. Amiin..


Nah, di rubrik profile kita ini kita akan membahas seputar kesibukan profil kita yang kedua yaitu ketua osis kita yang baru. Kita akan membahas seputar kesibukannya menjadi ketua osis sekolah kita yang baru juga apa saja harapannya ke depan untuk sekolah kita ini. Let’s we see it!
Karirnya menjabat sebagai ketua OSIS bermula ketika ia ditunjuk oleh komunitas-komunitas dari ekskul yang diikutinya seperti Remush “nurul ilmi”, CAPAS (calon paskibraka), teater,pramuka, dan PMR. Ramah tamah, disiplin, dan terpercaya membuat banyak dari kita menaruh simpati pada cowok yang hari kelahirannya selalu betepatan dengan tahun baru ini.
Dalam kabinetnya, Khasemy berambisi untuk menggerakkan rekan OSIS nya agar tidak pasif dalam menjalankan program yang telah di sepakati. Membuat daftar tugas dan kalender OSIS pribadi secara mendetail adalah cara agar semua anggota OSIS selalu ingat dengan tugas-tugasnya, sehingga pelaksanaanyapun terlaksana dengan optimal. Program OSIS yang belum sepenuhnya terlaksan pada tahun ajaran kemarin akan di minimalisir dan di rekap ulang berdasarkan pengalaman-perngalaman sebelumnya.
Visi dan misi yang di bawanya, beriman, kuat, 1= sama, yang dikembangkan menjadi misinya yakni dengan di landaska iman yang baik akan terbentu kerjasama yang kuat, sehingga kesatuannya akan 1=SAMA. Berkat visi dan misi itulah yang berhasil mengantarkannya menjadi buana tempat dimana sebagai penyalur inspirasi dengan jumlah terbesar. Ia di percaya dapat menjadikan visi misinya itu bukan hanya sekedar ucapan belaka.
Dengan terpilihnya ketua OSIS kita yang baru jelas saja ada berpuluh-puluh banyaknya harapan dari setiap elemen sekolah kita. Semua mengaharapkan sebuah hasil yang membuat semua pihak merasa senang tanpa ada satu pun pihak yang merasa di rugikan. Oleh karna itulah, Khasemy jelas membutuhkan dukungan dari kita semua. Semua itu tidak mungkin dapat terjadi dengan baik jika dukungan dari kita sama sekali tidak ada. Meskipun hanya dapat mendukung dengan do’a, itu adalah sebuah bentuk dukungan yang dapat membangkitkan semangat mereka. So guys, let’s we support them 
Keterlibatan siswa SMANSATYA adalah kunci dari kinerja OSIS. Mengapa demikian? Karna OSIS di bentuk untuk menjadi perwakilan para siswa. Berdasarkan pada prinsip OSIS tersebutlah maka semua siswa menaruh harapan besar pada OSIS secara umum dan pada Khasemy—sang ketua OSIS secara khusus. Mereka berharap ke depan OSIS dapat lebih mendengar pendapat para siswa. Mengajak mereka ikut serta dalam segala hal yang berhubungan dengan siswa SMANSATYA tanpa terkecuali bukan hanya sebatas menjadi siswa yang menerima dengan mentah-mentah hasil keputusan mereka. Hope all of you do that guys...

Selengkapnya...

Eka Wira Putra-Profil


Hallo sobat mesra semuanya.
Apa kabar nih?
Kayaknya sudah lama sekali yah kita tidak berbagi2 informasi lewat rubrik yang siap mengulas segala sesuatu yang berhubungan dengan profile kita dalam edisi kali ini jauh lebih dalam. Sebelumnya say ‘WELCOME’ buat siswa SMA Negeri 1 Praya yang baru, juga buat tim redaksi MESRA yang sudah berganti menjadi penerus baru redaksi MESRA tahun 2009 ini.
Semua belum terlalu tahukan tentang salah satu sobat MESRA kita ini? Namanya Wira Eka Putra. Naah, edisi kali ini kita akan bercuap2 nih sama cowok yang IQ-nya tergolong tinggi ini. Berbekal dengan otak jeniusnya itu, Eka, panggilan akrabnya, bisa di liput di edisi rubrik profile MESRA kali ini. Apa saja sih yang pernah di lakukan oleh akhi “Nurul Ilmi” yang satu ini? Maka dari itu kami merasa perlu sedikit untuk membagi cerita kepada sobat mesra seputar segudang prestasi yang pernah di sandangnya, khususnya nih waktu OSN tingkat Nasional yang baru di gelar kemarin. So, cek this out guys!


Siapa sih yang gak mau jadi duta science sekolah yang mewakili daerah sendiri?? Ow..ow.. rugi banget tuh kalo gak mau, ruginya lagi kalo cuma maunya doang tapi gak ada usaha.. (-.-) Seperti pepatah bilang, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Eka yang akhirnya berhasil lolos ke Nasional aja gak mau menyerah lho sobat mesra karna dia sangat berpegang pada pepatah tadi, so what do you think now? Pastinya dengan belajar dong, karna itu merupakan pekerjaan resmi kita.
Nah sekarang coba kita cek apa aja proses dan kesan sobat kita yang satu ini selama mengikuti OSN sebagai perwakilan bidang biologi ini:
Awal pengumuman namanya disebut-sebut lolos ke level yang lebih bergengsi kemarin, Eka sempat gak nyangka bisa ke Nasional karena kedua seniornya Yolanda Indamari Kristanti (Tanti) dan I Gusti Ngurah Agung Bayu Putra Adi Natha (Bayu) serta saingan mereka dari kabupaten lainnya yang disangka akan lebih hebat darinya tidak dinyatakan lolos bersamanya. Terlebih lagi,dengan pengalamannya selama mengikuti OSN yang untuk ketiga kalinya dari tiga daerah berbeda yakni Pekanbaru, Surabaya,dan di Jakarta di mana ia gagal mendapatkan medali.
Di pekan OSN yang bertempat di Jakarta kemarin, Eka mendapat cukup banyak kendala seperti kesiapan materi yang dipelajari ternyata tidak terprediksi sebelumnya, karena bahan materi lomba yang di informasiakan pada saat tehnical meeting sesaat sebelum lomba menurutnya terlalu tinggi yang di susul dengan klimaks kesulitannya ia temui pada saat sesi praktikum. Ia mengakui alat-alat yang digunakan serba canggih seperti mikroskop 3 dimensi, porteks, centripuge, micrometer pipet,de-el-el yang membutuhkan kemampuan tekhnologi tinggi untuk menggunakannya. Masalah lainnya adalah ketika Eka sama sekali belum pernah menggunakan semua alat tersebut karna baik alat praktikum di sekolah yang tidak seperti itu juga informasi akan alat-alat canggih itu yang tidak banyak ia miliki.
Tapi semua tidak berhenti sampai disana saja, cowok yang harapannya mengalahkan tinggi badannya ini tetap teguh demi nama baik NTB agar tidak dipandang sebelah mata.Maka dari itu ia masih tetap exist di bidangnya sebagai scientist. Sobat mesra pengen tahu dong kenapa Eka bertahan hingga tahun ke 7 karirnya menggeluti tentang segala aspek di dalam pelajarn Biologi? Ceritanya pada redaksi mesra, dulu sebenarnya Eka tidak menyukai Biologi, pada awalnya dia hanya ingin menyaingi temannya yang bernama Richard dari Sumbawa yang berhasil mengalahkannya dalam bidang IPA ketika di Pekan baru sewaktu Eka masih di bangku Sekolah Dasar. Dan tekadnya itu ia lanjutkan ketika SMP. Eka sempat bingung memilih antara Fisika dan Biologi yang akan dibawanya mengawali pengalaman dalam mengikuti olimpiade pada waktu itu. Yang memenuhi isi kepalanya saat itu hanyalah Richard, dan ia pun memilih biologi karena ia berpikir Richard juga ikut di bidang Biologi. Tapi ternyata kenyataan berkata lain karna Richar ikut di mata pelajaran Fisika. Awalnya karna niat sudah terlanjur memilih biologi, Eka mencoba menekuni bidang ini dengan sepenuh hati dan berbuah hasil rasa kecintaannya pada salah satu pelajaran penting bagi kita untuk mempelajari kehidupan sampai sekarang. Dari kesalah pahaman itulah Eka pun kini tidak merasa rugi telah memilihnya, karna berkat itu semualah ia bisa mewakili daerahnya di ajang Nasional berkali-kali.
Sedikit berbagi tips dari Eka buat sobat mesra lainnya bahwa membaca itu adalah gudang dari segala ilmu. Dengan semakin banyak kita membaca, maka akan semakin banyak ilmu yang akan kita dapatkan. So, buat kita-kita semua jangan malas membaca ya? Karna hidup ini memang pada hakikatnya tidak bisa jauh dari yang namanya membaca.
Dan buat Eka, sekali lagi selamat ya buat kesuksesannya. Semoga ke depan prestasi itu dapat terus di tingkatkan dan akan membuahkan sebuah keberhasilan yang dapat terus di banggakan oleh Eka sendiri, orang tua, saudara, teman, guru dan kita semua Sobat MESRA yang selalu memberikan dukungan untuk hal yang baik. Oh ya, satu lagi. kita juga berdo’a semoga impian Eka tercapai ya, mengalahkan tinggi badan sendiri (>_<)
Perjuangkan semua impian kalian atas tujuan besar untuk mencapai sebuah kesuksesan. Tidak ada sebuah kegagalan bagi setiap kita yang mau mencoba dan berusaha. Ketidak berhasilan hanyalah salah satu proses dalam mewujudkan impian itu saja. So, keep fighting for you guys!


Selengkapnya...

Kumpul Blogger